Debat Pilkada, Penampilan Sudrajat-Syaikhu Kental Atribut Partai Dan Agama
channelutama.Penampilan Sudrajat dan Ahmad Syaikhu Calon Gubernur dan Wakil
Gubernur dalam Debat Publik Pilkada Jawa Barat di Sasana Budaya Ganesha
(Sabuga) Bandung, Senin (12/3/2018), kental dengan atribut partai dan
agama.
Pasangan cagub dan cawagub nomor urut 3 itu adalah satu-satunya paslon yang rutin menyebutkan nama-nama partai politik pendukung. Lebih dari sekali Sudrajat dan Syaikhu menegaskan bahwa mereka didukung Gerindra, PKS, PAN, dan Partai Idaman.
Pasangan yang mengusung akronim “Asyik” itu menyebut nama parpol dalam koalisi pendukung sebanyak tiga kali. Sekali pada sesi pertama tentang pemaparan visi dan misi, lalu pada sesi keempat saat tanya-jawab berlangsung, dan terakhir di babak pamungkas.
Pada sesi keempat, Sudrajat bahkan sempat mengklaim meraih dukungan dari sebagian kader PPP dan PBB. Padahal, PPP merupakan parpol yang menjadi pengusung Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum dalam Pilkada Jawa Barat 2018.
Sudrajat-Syaikhu juga satu-satunya paslon yang rajin mengabsen petinggi partai dari barisan koalisi. Nama-nama yang dikutip adalah Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, Presiden PKS Sohibul Iman, dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.
“Pak Prabowo, Pak Sohibul Iman, Pak Zulkifli, dari awal menegaskan: ‘Kalau anda jadi Gubernur, maka pikirkan yang terbaik untuk rakyat Jawa Barat’,” ujar Sudrajat menjawab pertanyaan moderator Rosiana Silalahi soal kemungkinan tim sukses meminta jatah proyek sebagai balas jasa.
Penonjolan atribut keagamaan oleh Sudrajat dan Syaikhu juga terlihat dari seringnya mereka membicarakan ketakwaan dan jumlah pemeluk agama di Jawa Barat. Menurut Sudrajat dan Syaikhu, masyarakat Jawa Barat wajib takwa agar akhlak terjaga.
Sudrajat memaparkan 93 persen masyarakat Jawa Barat beragama Islam. Merujuk data BPS, paparan Sudrajat benar. Pada 2015 lalu, 93,14 persen masyarakat Jawa Barat beragama Islam.
“Harusnya Jawa Barat akan menjadi Jawa Barat yang rahmatan lil alamin, bisa memberi pengamanan pada seluruh masyarakat, elemen,” tegas Sudrajat di sesi awal debat merespons isu penyerangan terhadap ulama di Jawa Barat.
Pada awal Februari lalu ada dua kasus penganiayaan terhadap tokoh agama di Jawa Barat. Oleh pihak kepolisian dikatakan kedua pelaku penderita gangguan mental. Menurut Kapolda Jawa Barat Irjen Agung Budi Maryoto, total ada 15 laporan penyerangan terhadap ulama yang diterima kepolisian, namun hanya dua yang terbukti. Belasan laporan lain ternyata hoaks.
“Ini adalah suatu suasana yang betul-betul merisaukan masyarakat. Kalau aman semua, takwa, kita akan membangun kesejahteraan dengan menumbuhkan perekonomian,” katanya.
Sundulan atribut agama juga terlihat di sesi ketiga debat, ketika Sudrajat dan Syaikhu mengajukan pertanyaan ke cagub dan cawagub nomor urut 4, Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi. “Dalam kaitan-kaitan dengan membangun perekonomian tidak semata-mata ekonomi an sich, tapi juga ada dampak juga kaitan pada lingkungan. Saya melihat di Kota Purwakarta banyak pohon ditutup dengan kain, kenapa seperti itu?” tanya Syaikhu kepada Dedi.
Syaikhu nampaknya sedang mengacu pada pro-kontra bungkusan kain pada pohon-pohon di Purwakarta yang sempat jadi bahan serangan terhadap Dedi pada 2015 silam. Dilansir dari Merdeka, FPI melayangkan tudingan ke Dedi bahwa ia sengaja menutup batang-batang pohon dengan kain bercorak hitam putih agar mendapat berkah. Politikus Golkar itu dituduh tidak menghargai Islam dan percaya takhayul.
Menurut Dedi, pemasangan kain bertujuan agar pohon tidak dipaku dan dipasangi papan iklan. Ia juga menegaskan bahwa memasang kain di pohon lebih mulia dibanding perilaku orang-orang yang kerap menebang pohon.
Syaikhu membalas dengan mengatakan bahwa pihaknya lebih senang “memuliakan manusia ketimbang memuliakan pohon. Oleh sebab itu alangkah barangkali kebijakan-kebijakan ini kurang tepat. Apalagi kalau diberlakukan di Jawa Barat, berapa banyak pohon yang harus diberi kain?” ujarnya.
Sayang Syaikhu tidak siap mengelaborasi isu ini dengan lebih tajam. Pertanyaan Syaikhu yang menduga “tindakan Dedi menyebabkan kelangkaan kain untuk anak-anak di Purwakarta” relatif mudah diatasi oleh Dedi Mulyadi.
Sudrajat menyatakan keinginannya menjadikan Jawa Barat provinsi termaju. Menurutnya, sumber daya masyarakat Jawa Barat adalah jaminan bagi kemajuan industri lokal, khususnya di bidang kreatif.
Pernyataan Sudrajat didukung oleh besaran Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif di Jawa Barat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2016, pertumbuhan PDRB ekonomi kreatif di Jawa Barat selalu lebih tinggi dibanding laju peningkatan PDRB dan PDRB non-ekonomi kreatif.
Pada 2016, laju pertumbuhan PDRB ekonomi kreatif di Jawa Barat sebesar 6,6 persen. Angka itu melebihi PDRB Jawa Barat sebesar 5,67 persen dan PDRB non-ekonomi kreatif, yakni 5,56 persen. Angka pendapatan dari ekonomi kreatif di provinsi itu telah meningkat sejak 2013.
Meski industri kreatif di Jawa Barat banyak, demikian kata Sudrajat, namun tingkat kemiskinan di provinsi tersebut masih di atas 8 persen. Menurutnya, besarnya angka penduduk miskin harus diatasi dengan “kebijakan ekonomi pasang surut”.
“Seperti menciptakan investasi yang kondusif dan benar-benar friendly, memudahkan perizinan, pengembangan sumber daya manusia, pendidikan, dan harus benar-benar menyediakan ekonomi pro-rakyat,” jelas Sudrajat.
Klaim Sudrajat tentang persentase kemiskinan Jawa Barat ternyata meleset. Per September 2017, jumlah penduduk miskin di Jawa Barat menurut BPS telah mencapai angka 7,83 persen. Badan statistik tersebut mencatat, angka kemiskinan di Jawa Barat memang selalu berada di atas 8 persen, namun itu terakhir kali terjadi pada Maret 2017.
Mantan Kepala Pusat Penerangan TNI itu juga mengklaim jumlah koperasi di Jawa Barat sudah menurun lebih dari 20 persen. Menurutnya, penurunan itu disebabkan oleh kurangnya profesionalisme para pengurus koperasi.
Pernyataan Sudrajat memang benar, tetapi keliru dalam hal jumlah. Berdasarkan data BPS, sampai 2016 lalu jumlah koperasi di Jawa Barat menurun 5,58 persen. Ada 15.914 koperasi di Jawa Barat per 2016, dari yang sebelumnya berjumlah 16.855 pada 2015.
“Dari situlah Insya Allah generasi-generasi milenial akan mampu mengakses di sini, kemudian akan mampu memproduksi berbagai produk-produk kreatif mereka,” ujar Syaikhu.
Tawaran itu serupa dengan program yang dimiliki Pemprov Jawa Barat saat ini. Di bawah pimpinan Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar, Jawa Barat punya program bertajuk “Jaringan Komunikasi Penyuluhan Desa (Jarkomluhdes)” untuk 357 Desa di 18 Kota dan Kabupaten.
Perlu diketahui, penyediaan akses internet itu sudah diresmikan Aher sejak 14 Januari lalu. Koneksi ke dunia maya diberikan agar petani mudah mengakses informasi seputar harga komoditas, rencana produksi, dan pemasaran produk. Aher menargetkan 5.319 desa di Jawa Barat akan terkoneksi jaringan internet pada akhir 2018.
Pasangan cagub dan cawagub nomor urut 3 itu adalah satu-satunya paslon yang rutin menyebutkan nama-nama partai politik pendukung. Lebih dari sekali Sudrajat dan Syaikhu menegaskan bahwa mereka didukung Gerindra, PKS, PAN, dan Partai Idaman.
Pasangan yang mengusung akronim “Asyik” itu menyebut nama parpol dalam koalisi pendukung sebanyak tiga kali. Sekali pada sesi pertama tentang pemaparan visi dan misi, lalu pada sesi keempat saat tanya-jawab berlangsung, dan terakhir di babak pamungkas.
Pada sesi keempat, Sudrajat bahkan sempat mengklaim meraih dukungan dari sebagian kader PPP dan PBB. Padahal, PPP merupakan parpol yang menjadi pengusung Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum dalam Pilkada Jawa Barat 2018.
Sudrajat-Syaikhu juga satu-satunya paslon yang rajin mengabsen petinggi partai dari barisan koalisi. Nama-nama yang dikutip adalah Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, Presiden PKS Sohibul Iman, dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.
“Pak Prabowo, Pak Sohibul Iman, Pak Zulkifli, dari awal menegaskan: ‘Kalau anda jadi Gubernur, maka pikirkan yang terbaik untuk rakyat Jawa Barat’,” ujar Sudrajat menjawab pertanyaan moderator Rosiana Silalahi soal kemungkinan tim sukses meminta jatah proyek sebagai balas jasa.
Perihal Takwa, Serangan Ulama, dan Serangan ke Dedi Mulyadi
Penonjolan atribut keagamaan oleh Sudrajat dan Syaikhu juga terlihat dari seringnya mereka membicarakan ketakwaan dan jumlah pemeluk agama di Jawa Barat. Menurut Sudrajat dan Syaikhu, masyarakat Jawa Barat wajib takwa agar akhlak terjaga.
Sudrajat memaparkan 93 persen masyarakat Jawa Barat beragama Islam. Merujuk data BPS, paparan Sudrajat benar. Pada 2015 lalu, 93,14 persen masyarakat Jawa Barat beragama Islam.
“Harusnya Jawa Barat akan menjadi Jawa Barat yang rahmatan lil alamin, bisa memberi pengamanan pada seluruh masyarakat, elemen,” tegas Sudrajat di sesi awal debat merespons isu penyerangan terhadap ulama di Jawa Barat.
Pada awal Februari lalu ada dua kasus penganiayaan terhadap tokoh agama di Jawa Barat. Oleh pihak kepolisian dikatakan kedua pelaku penderita gangguan mental. Menurut Kapolda Jawa Barat Irjen Agung Budi Maryoto, total ada 15 laporan penyerangan terhadap ulama yang diterima kepolisian, namun hanya dua yang terbukti. Belasan laporan lain ternyata hoaks.
“Ini adalah suatu suasana yang betul-betul merisaukan masyarakat. Kalau aman semua, takwa, kita akan membangun kesejahteraan dengan menumbuhkan perekonomian,” katanya.
Sundulan atribut agama juga terlihat di sesi ketiga debat, ketika Sudrajat dan Syaikhu mengajukan pertanyaan ke cagub dan cawagub nomor urut 4, Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi. “Dalam kaitan-kaitan dengan membangun perekonomian tidak semata-mata ekonomi an sich, tapi juga ada dampak juga kaitan pada lingkungan. Saya melihat di Kota Purwakarta banyak pohon ditutup dengan kain, kenapa seperti itu?” tanya Syaikhu kepada Dedi.
Syaikhu nampaknya sedang mengacu pada pro-kontra bungkusan kain pada pohon-pohon di Purwakarta yang sempat jadi bahan serangan terhadap Dedi pada 2015 silam. Dilansir dari Merdeka, FPI melayangkan tudingan ke Dedi bahwa ia sengaja menutup batang-batang pohon dengan kain bercorak hitam putih agar mendapat berkah. Politikus Golkar itu dituduh tidak menghargai Islam dan percaya takhayul.
Menurut Dedi, pemasangan kain bertujuan agar pohon tidak dipaku dan dipasangi papan iklan. Ia juga menegaskan bahwa memasang kain di pohon lebih mulia dibanding perilaku orang-orang yang kerap menebang pohon.
Syaikhu membalas dengan mengatakan bahwa pihaknya lebih senang “memuliakan manusia ketimbang memuliakan pohon. Oleh sebab itu alangkah barangkali kebijakan-kebijakan ini kurang tepat. Apalagi kalau diberlakukan di Jawa Barat, berapa banyak pohon yang harus diberi kain?” ujarnya.
Sayang Syaikhu tidak siap mengelaborasi isu ini dengan lebih tajam. Pertanyaan Syaikhu yang menduga “tindakan Dedi menyebabkan kelangkaan kain untuk anak-anak di Purwakarta” relatif mudah diatasi oleh Dedi Mulyadi.
Klaim Kemiskinan dan Industri Kreatif
Isu ekonomi Jawa Barat juga tidak luput dari bahasan Sudrajat dan Syaikhu sejak sesi pertama debat.Sudrajat menyatakan keinginannya menjadikan Jawa Barat provinsi termaju. Menurutnya, sumber daya masyarakat Jawa Barat adalah jaminan bagi kemajuan industri lokal, khususnya di bidang kreatif.
Pernyataan Sudrajat didukung oleh besaran Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif di Jawa Barat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2016, pertumbuhan PDRB ekonomi kreatif di Jawa Barat selalu lebih tinggi dibanding laju peningkatan PDRB dan PDRB non-ekonomi kreatif.
Pada 2016, laju pertumbuhan PDRB ekonomi kreatif di Jawa Barat sebesar 6,6 persen. Angka itu melebihi PDRB Jawa Barat sebesar 5,67 persen dan PDRB non-ekonomi kreatif, yakni 5,56 persen. Angka pendapatan dari ekonomi kreatif di provinsi itu telah meningkat sejak 2013.
Meski industri kreatif di Jawa Barat banyak, demikian kata Sudrajat, namun tingkat kemiskinan di provinsi tersebut masih di atas 8 persen. Menurutnya, besarnya angka penduduk miskin harus diatasi dengan “kebijakan ekonomi pasang surut”.
“Seperti menciptakan investasi yang kondusif dan benar-benar friendly, memudahkan perizinan, pengembangan sumber daya manusia, pendidikan, dan harus benar-benar menyediakan ekonomi pro-rakyat,” jelas Sudrajat.
Klaim Sudrajat tentang persentase kemiskinan Jawa Barat ternyata meleset. Per September 2017, jumlah penduduk miskin di Jawa Barat menurut BPS telah mencapai angka 7,83 persen. Badan statistik tersebut mencatat, angka kemiskinan di Jawa Barat memang selalu berada di atas 8 persen, namun itu terakhir kali terjadi pada Maret 2017.
Mantan Kepala Pusat Penerangan TNI itu juga mengklaim jumlah koperasi di Jawa Barat sudah menurun lebih dari 20 persen. Menurutnya, penurunan itu disebabkan oleh kurangnya profesionalisme para pengurus koperasi.
Pernyataan Sudrajat memang benar, tetapi keliru dalam hal jumlah. Berdasarkan data BPS, sampai 2016 lalu jumlah koperasi di Jawa Barat menurun 5,58 persen. Ada 15.914 koperasi di Jawa Barat per 2016, dari yang sebelumnya berjumlah 16.855 pada 2015.
Program Internet, Program Lawas
“Jawa Barat terkoneksi” adalah salah satu tawaran program Sudrajat-Syaikhu. Di sesi awal debat, Syaikhu berjanji akan memberikan akses internet ke seluruh desa di Jawa Barat.“Dari situlah Insya Allah generasi-generasi milenial akan mampu mengakses di sini, kemudian akan mampu memproduksi berbagai produk-produk kreatif mereka,” ujar Syaikhu.
Tawaran itu serupa dengan program yang dimiliki Pemprov Jawa Barat saat ini. Di bawah pimpinan Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar, Jawa Barat punya program bertajuk “Jaringan Komunikasi Penyuluhan Desa (Jarkomluhdes)” untuk 357 Desa di 18 Kota dan Kabupaten.
Perlu diketahui, penyediaan akses internet itu sudah diresmikan Aher sejak 14 Januari lalu. Koneksi ke dunia maya diberikan agar petani mudah mengakses informasi seputar harga komoditas, rencana produksi, dan pemasaran produk. Aher menargetkan 5.319 desa di Jawa Barat akan terkoneksi jaringan internet pada akhir 2018.
Komentar
Posting Komentar